SB, PALANGKA RAYA – Siswa SMA Negeri 2 Palangka Raya berhasil mengembangkan produk minuman kesehatan berbahan dasar bajakah, tanaman khas Kalimantan Tengah yang sempat viral pada 2019. Produk tersebut diberi nama Teh Bajakah Hesabi, dan kini mulai dipasarkan hingga luar daerah.
Bajakah mulai dikenal luas setelah hasil penelitian sejumlah siswa SMA 2 Palangka Raya dipresentasikan dalam ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) di Korea Selatan pada 2019. Tanaman ini sempat mencuri perhatian karena disebut memiliki potensi sebagai obat kanker.
“Untuk bajakah dijadikan minuman kesehatan sejak viralnya bajakah di tahun 2019, di mana pertama kali anak-anak membawa tentang bajakah itu ke Wiko, Korea, dan sangat booming saat itu,” ungkap Helita, guru pembimbing SMA 2 Palangka Raya, Jumat (9/5/2025).
Viralnya khasiat bajakah memicu tren pemanfaatan tanaman ini sebagai produk kesehatan. Melihat peluang tersebut, SMA Negeri 2 Palangka Raya bergerak cepat meracik formula khas yang kemudian lahir sebagai Teh Bajakah Hesabi.
Produk ini hadir dalam tiga varian: teh seduh, minuman siap konsumsi, dan baluran herbal. Harga pun sangat terjangkau, mulai dari Rp15.000 untuk minuman siap minum, Rp75.000 untuk kemasan teh, hingga Rp100.000 untuk paket baluran dan teh kecil.
Manfaat kesehatan dari produk ini pun mendapat banyak testimoni positif. Selain dikenal sebagai tanaman tradisional yang dipercaya mampu membantu pengobatan kanker, bajakah juga diklaim dapat menurunkan kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol, serta asam urat.
“Jadi bukan hanya sebagai penyembuh kanker, tetapi bisa juga digunakan untuk menjaga stamina,” tambahnya.
Produk ini kini telah dipasarkan ke berbagai daerah di luar Kalimantan Tengah. Meski berbahan herbal, produk bajakah olahan ini cukup tahan lama. Jika sudah direbus, minuman dapat disimpan di lemari pendingin selama tiga hingga empat hari, asalkan suhu tetap terjaga.
“Untuk ketahanannya, apabila sudah direbus dan disimpan di dalam kulkas bisa tahan sampai 3 hingga 4 hari. Yang penting terjaga kondisi suhunya,” jelas Helita. (sb)