seputarborneo.news@gmail.com

082253082672

Siswa SD di Kotim Jadi Korban Perundungan, Kasus Diselesaikan secara Kekeluargaan

by Redaksi - Tanggal 22-10-2025,   jam 04:18:36
Siswa korban perundungan saat terbaring dengan ditemani oleh neneknya. (FOTO:SEPUTAR BORNEO)

SB, SAMPIT – Dugaan kasus perundungan terhadap seorang siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi 55 di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) disikapi secara damai oleh pihak keluarga korban. Mereka memutuskan tidak membawa kasus ini ke jalur hukum dan memilih menyelesaikannya secara kekeluargaan.

Korban yang berinisial P (8) mengaku telah beberapa kali dimintai uang oleh temannya, bahkan sempat dipukul saat sedang makan. Namun, sang nenek, Aluh, menyatakan bahwa pihak keluarga memahami peristiwa tersebut sebagai bagian dari dinamika anak-anak yang masih bisa diselesaikan secara baik-baik.

“Cucuku bilang sempat dipukul temannya waktu makan, tapi kami tidak mau memperpanjang. Namanya juga anak-anak,” ujar Aluh saat ditemui di kontrakannya, Rabu (22/10/2025).

Ia menilai pihak sekolah sudah berupaya menjaga anak-anak dengan baik, dan insiden diduga terjadi di luar pengawasan langsung pihak sekolah maupun pengasuh.

“Kami percaya sekolah sudah berusaha menjaga. Kejadiannya juga di luar kamar pengasuh, bukan di dalam ruangan sekolah. Jadi kami tidak mau menyalahkan siapa pun,” tambahnya.

Aluh mengungkapkan bahwa cucunya memang dikenal aktif dan suka menggoda teman, yang mungkin menjadi salah satu pemicu terjadinya insiden tersebut.

“Mungkin karena dia suka menggoda, kawannya marah. Tapi kami maklum saja, namanya anak-anak,” tuturnya.

Meski begitu, ia tetap mempercayai pengakuan cucunya dan berharap persoalan ini diselesaikan secara damai, tanpa perlu memperkeruh suasana.

“Kami tidak mau ribut, yang penting diselesaikan secara baik-baik,” pungkasnya.

Diketahui, P tidak masuk sekolah sejak Sabtu (18/10) karena sedang mengalami sakit batuk. Meski begitu, ia menyatakan keinginannya untuk kembali ke sekolah.

“Dia lagi batuk. Mungkin gara-gara keseringan minum es itu,” ucap Aluh.

Menanggapi isu tersebut, Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 55 Kotim, Nikkon Bhastari, menegaskan bahwa dugaan perundungan tidak terjadi di lingkungan sekolah maupun asrama.

“Berdasarkan penelusuran kami, kejadian itu terjadi di rumah siswa pada malam hari. Sedangkan kegiatan di sekolah berjalan lancar dan sesuai prosedur,” jelasnya.

Ia menyebut bahwa P sempat diizinkan pulang dalam kondisi sehat untuk menghadiri acara keluarga, yakni selamatan umrah neneknya.

“Ananda P kami izinkan pulang dengan izin resmi. Kami juga punya dokumentasinya,” ujarnya.

Ketidakhadiran P dalam upacara bendera pada Senin berikutnya menjadi perhatian pihak sekolah. Guru dan wali asuh pun langsung mengunjungi rumahnya pada Selasa (21/10) untuk memastikan kondisinya.

“Kami pastikan langsung ke rumahnya untuk memastikan kabarnya,” imbuh Nikkon.

Ia menambahkan, sekolah saat ini menaungi 100 peserta didik dari jenjang SD hingga SMA dengan sistem pengawasan ketat. Pihaknya juga membuka ruang klarifikasi bagi masyarakat guna menghindari kesimpangsiuran informasi.

“Kami mohon agar pihak luar bisa meninjau langsung sebelum membuat kesimpulan. Kami terbuka untuk klarifikasi agar berita yang disampaikan benar dan berimbang,” tandasnya. (f1/sb)