SB, SAMPIT - Kasus pencurian yang menjurus penjarahan di perkebunan sawit Kalimantan Tengah masih saja terjadi. Aksi tersebut tidak hanya kepada perusahaan, kebun milik petani, juga dijarah secara terorganisir, sehingga mengakibatkan kerugian ratusan juta rupiah.
Pencurian TBS sawit secara masif masih merajalela bahkan juga meluas di daerah lain. Saat ini, aksi pencurian yang menjurus penjarahan terjadi di Seruyan, Kotawaringin Timur, dan Pangkalan Bun.
Menurut salah satu petani bernama Pandiangan mengatakan pencurian massal ini telah terjadi semenjak tahun lalu, dan aksi ini dilakukan terorganisir yang jumlah pelakunya sangat banyak. Nilai kerugian yang ditanggung petani mencapai ratusan juta rupiah.
"Mereka begitu datang bisa mengambil tiga hingga empat ton TBS. Karena diambil paksa akibatnya tanaman menjadi rusak. Kalau dikalikan harga TBS Rp 2.500 per kilogram," ujarnya.
"Kami perkirakan total kerugian antara 7,5 juta sampai 10 juta. Itu baru di tempat saya, belum di lokasi pencurian ataupun penjarahan lainnya," lanjutnya.
Pandiangan menjelaskan aksi pencurian ini telah merembet ke kebun masyarakat tidak hanya perusahaan. Pasalnya begitu masuk masa panen, mereka akan beraksi kembali secara terstruktur, massif, dan sistematif.
"Walaupun sudah dibuat penjagaan mandiri, tetapi kebunnya yang berada di Desa Palantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, seringkali mengalami tindakan pencurian. Pihaknya sudah sangat capek berkomentar, karena sejak kejadian tahun lalu sudah sering bersuara," jelasnya.
Dirinya mengakui memang bupati sudah membuat surat edaran untuk menyikapi persoalan dengan tindakan tegas. Namun pencurian terus terjadi, terkait pabrik sawit tanpa kebun. Sebenarnya keberadaan pabrik ini dapat membantu petani yang wilayahnya minim pabrik. Artinya dapat menjadi penyeimbang dari segi harga.
Namun dirinya meminta pemda dan aparat penegak hukum mengawasi pabrik tanpa kebun maupun tengkulak supaya menolak TBS sawit dari aksi pencurian maupun penjarahan.
"Walaupun pabrik non kebun ini misalkan kekurangan bahan baku, harapan kami mereka tidak menerima buah sawit dari kegiatan penjarahan," harap Pandiangan.
Terkait persoalan ini, Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor telah mengajak aparat penegak hukum bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat agar mencegah dan menindak aksi penjarahan sawit.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Kapolres dan Dandim supaya dilakukan Razia terhadap warga yang melakukan panen tersebut," tegas Halikinnor.
Sementara itu Dozen Universitas Palangka Raya Rawing Rambang berharap iklim investasi Kalimantan Tengah bisa lebih membaik dibandingkan akhir tahun lalu dengan maraknya pencurian sawit di dua kabupaten. Kendati demikian, Rawing enggan menanggapi adanya pandangan pabrik sawit tanpa kebun dan kemitraan yang berpeluang dijadikan tempat menjual TBS (Tandan Buah Segar) sawit hasil pencurian.
"Saya serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk menyelidiki persoalan tersebut. Kami hanya melihat keberadaan pabrik sawit tanpa kebun dan kemitraan yang terus bertambah," tandasnya. (adm)