SB, SAMPIT – Hingga Jumat (26/9/2025), banjir masih merendam Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Ketinggian air yang bervariasi mulai dari 30 hingga 60 cm menyebabkan sejumlah rumah dan fasilitas umum terdampak, sehingga aktivitas warga menjadi sangat terbatas.
"Mereka harus menyeberang dulu melewati Desa Jemaras menggunakan sampan jika ingin ke kecamatan atau ke kota kabupaten," kata Ketua BPBD Kotim, Multazam, saat dikonfirmasi.
Dengan kondisi banjir yang masih tinggi, jarak tempuh warga menuju kota bisa mencapai 2,5 hingga 3 jam perjalanan. Beberapa rumah warga mengalami dampak serius, khususnya lima rumah yang airnya sudah masuk ke dalam bangunan. Sementara itu, rumah-rumah panggung masih bertahan karena air hanya mencapai kolong rumah, meski tetap mengganggu aktivitas harian.
Salah satu sekolah dasar di desa tersebut masih terendam sejak 17 September 2025, sehingga kegiatan belajar mengajar terganggu. Meski begitu, Pustu (Puskesmas Pembantu) masih dapat beroperasi karena menggunakan bangunan panggung.
"Kemarin sudah kami laporkan soal gangguan aktivitas sekolah. Mungkin perlu ada upaya lain atau metode alternatif agar pendidikan tetap bisa berjalan," jelas Multazam.
Di tengah kondisi banjir, sistem kelistrikan di Desa Hanjalipan dinilai cukup baik. Wilayah ini sebelumnya menggunakan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), namun kini sudah terhubung dengan jaringan listrik PLN.
"Tadi kami juga sudah komunikasi dengan teman-teman PLN Sampit agar memberi atensi, terutama soal sosialisasi bahaya listrik saat banjir," tambah Multazam.
Meski fasilitas umum lainnya masih berfungsi, pihak BPBD terus memantau perkembangan banjir, terutama saat air pasang yang berpotensi menaikkan permukaan air kembali.
Dengan kondisi yang belum sepenuhnya membaik, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga keselamatan diri. Koordinasi lintas sektor juga terus dilakukan agar layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan tetap bisa berjalan meski dalam keterbatasan. (f1/sb)